Penggerek Tongkol Jagung Adalah Hama Potensial

Actions (login required)

Menanam jagung tergolong mudah terutama bagi petani yang sudah berpengalaman. Teknis budidaya mulai dari pengolahan tanah, penanaman, perawatan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pascapanen sudah dikuasainya. Bahkan berbagai faktor di luar teknis budidaya seperti kondisi alam, cuaca dan iklim, pascapanen dan pemasaran pun tak lepas dari perhitungan petani. Hal ini dikarenakan kompleksitas faktor penentu keberhasilan atau kegagalan usahatani jagung.

Keberadaan hama merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usahatani jagung terlebih apa bila diusahakan pada musim kemarau sering kali dikaitkan dengan meledaknya populasi dan serangan hama tanaman pangan dan hortikultura. Oleh karena itu sebelum menanam jagung perlu kita waspadai hama utama tanaman jagung yang dapat merusak dan menimbulkan kerugian, diantaranya adalah :

Adalah salah satu hama penting dan utama yang menyerang tanaman jagung saat menjelang fase generatif (pembungaan hingga masa panen). Serangan hama ini menyebabkan daun menjadi rusak dan hasil  panen menurun. Selain menyerang pada bagian tongkol, hama ini juga memakan daun dan batang jagung. Oleh sebab itu maka tindakan pengendalian perlu segera dilakukan setelah gejala serangannya muncul.

mempunyai fase hidup yang cukup pendek yakni 2245 hari. Saat fase dewasa/imago (ngengat), akan aktif pada malam hari untuk bertelur dan meletakkan telurtelurnya di sekitaran malai bunga jagung. Saat telur ngengat menetas, maka larva akan menyerang tanaman jagung, memakan apa saja yang dilaluinya. Daun, batang dan tongkol adalah bagian tanaman yang menjadi sasaran utamanya.

Valanga (belalang) merupakan hama yang sangat merugikan terutama saat serangannya massif dan berkelompok. Serangan bermula saat telur yang diletakkan imago belalang di dalam tanah menetas. Fase nimfa dan imago adalah fase dimana agresi di areal penanaman jagung terjadi sangat aktif dan massif. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengendalian seefektif mungkin, salah satunya dengan pengolahan tanah yang baik agar telur belalang di tanah rusak.

Adalah ulat agrotis atau yang lebih sering disebut black cutworn (ulat pemotong hitam) tak hanya memakan daun, tetapi benih baru yang baru berkecambah tak luput dari serangannya. Ulat ini akan aktif pada malam hari, sehingga tidak akan mudah ditemui pada siang hari karena bersembunyi. Pengendalian yang efektif adalah dengan pengolahan tanah yang baik dan sempurna. Sebagai langkah pencegahan anda bisa aplikasi insektisida granule (butiran) pada sekitaran lubang tanam.

Hama putih palsu Cnaphaloclorosis medinalis, merupakan hama penting jagung dari tipe penggorok daun. Hama ini menyerang tanaman jagung, padi dan sorgum. Hama ini bekerja dengan cara menggorok daun hingga sisa tulang daunnya. Gejala serangannya terlihat jika pada tanaman muncul gulungan daun. Di dalam gulungan daun, larva hama putih palsu akan memakan pucuk tanaman jagung sampai bewarna putih. Pengendaliannya bisa dilakukan secara teknis atau mekanis. Secara teknis dengan cara menghindari terjadinya genangan pada lahan, secara mekanis yakni dengan mengumpulkan satu persatu ulat lalu kemudian mengeradikasinya pada tempat yang aman.

Hama penghisap daun Nezara viridula, atau kepik hijau merupakan hama penghisap daun penting utama yang bersifat polifag, pemakan beberapa jenis famili tanaman seperti pada jagung, tanaman legum, ketang, tembakau, cabai dan kapas. Hama ini menjadi penting karena menghasilkan zat toksik sehingga menyebabkan tanaman layu. Namun pengendalian dengan insektisida secara efektif bisa mengurangi populasinya.

Sumber       : Balitserealia, Badanlibang Pertanian, belajartani.com 2019

Sumber Link: http://cybex.pertanian.go.id/artikel/73732/mengenal-hama-utama-tanaman-jagung/

Busuk tongkol penicillium pertama kali terlihat pada biji jagung setelah panen. Tanaman yang terkontaminasi selama tahap vegetatif menunjukkan pertumbuhan terhambat, layu, dan klorosis. Selama tahap tanaman selanjutnya, jamur dapat menginfeksi tongkol, dengan lesi akibat serangga atau cedera mekanik yang dapat berfungsi sebagai titik masuk. Cedera mekanis dapat terjadi selama kerja di lahan atau panen. Suhu yang meningkat dan kelembapan yang tinggi menyebabkan tumbuhnya semacam jamur biru-hijau pada permukaan tongkol dan pada biji. Biji yang terinfeksi biasanya memutih dan bergaris dan juga membusuk di bagian dalam (gejala yang disebut busuk mata biru). Terkadang pertumbuhan jamur ini hanya terlihat setelah panen atau selama penyimpanan. Biji yang membusuk dapat menyebabkan kerugian hasil panen atau kerugian pasca panen.

Maaf, kami tidak mengetahui perlakuan alternatif apa pun terhadap Penicillium spp. Hubungi kami jika Anda tahu sesuatu yang mungkin bisa membantu melawan penyakit ini. Kami menanti kabar dari Anda.

Selalu pertimbangkan pendekatan terpadu sebelum memilih langkah-langkah pengendalian kimiawi. Jika benar-benar diperlukan, fungisida yang mengandung mankozeb atau kaptan dapat diterapkan.

Jamur Penicillium spp. ditularkan lewat udara dan berada di mana-mana di lingkungan. Mereka mampu tumbuh dengan ketersediaan air yang rendah dan bertahan hidup di sisa-sisa tanaman yang terinfeksi di tanah atau di fasilitas penyimpanan. Mereka biasanya menyebar melalui angin dan percikan hujan dan menyerang tongkol melalui luka. Mereka tumbuh subur di kelembapan tinggi dan suhu tinggi. Penyakit ini lebih umum terjadi pada tahap perkembangan bunga dan buah. Gejala pertama mungkin hanya akan terlihat selama penyimpanan.

Gejalanya bervariasi tergantung pada varietas jagung, lingkungan dan tingkat keparahan penyakit. Penyakit ini biasanya berkembang pada akhir musim dan selama penyimpanan. Biji yang sakit dengan jamur berwarna putih agak merah muda berselang-seling di antara yang tampak sehat. Biji juga dapat menunjukkan perubahan warna. Biji mungkin berubah warna menjadi sawo matang atau cokelat. Perubahan warna mengikuti pola radial dari bagian atas biji. Jika kondisi mendukung perkembangan penyakit (cuaca hangat dan kering, kehadiran hama), tongkol mungkin sepenuhnya dikoloni oleh jamur dan terlihat pertumbuhan jamur yang berlimpah. Seluruh tongkol tampak layu dan biji mungkin seluruhnya busuk. Hasil panen biji-bijian berkurang. Jamur menghasilkan racun, membuat tongkol tidak bisa dimakan.

Larutan berbasis bakteri Pseudomonas fluorescens dapat digunakan sebagai perlakuan benih dan sebagai semprotan untuk mengurangi timbulnya penyakit, dan produksi racun.

Selalu pertimbangkan pendekatan terpadu berupa tindakan pencegahan bersama dengan perlakuan hayati jika tersedia. Fungisida yang diberikan awal musim dapat membatasi infeksi tongkol. Karena kerusakan terjadi di tongkol, fungisida bukan cara paling efektif untuk melawan penyakit ini. Pertimbangkan untuk mengendalikan hama serangga yang melukai tongkol dan mendukung pertumbuhan jamur. Produk yang mengandung propikonazol 1 ml / l dapat digunakan pada tahap pengerasan biji untuk mengendalikan jamur.

Penyakit ini terutama disebabkan oleh jamur Fusarium verticillioides, tetapi spesies lain dari Fusarium dapat memicu gejala yang sama. Jamur ini bertahan hidup pada biji, sisa-sisa tanaman atau inang alternatif seperti rumput. Spora terutama disebarkan oleh angin, memasuki tongkol jagung terutama melalui luka-luka akibat hujan es, atau kerusakan akibat bekas gigitan serangga dan burung, atau luka tanaman selama pekerjaan di lahan. Jamur ini berkecambah dan secara bertahap mengkoloni biji dari titik masuk. Atau, ia dapat mulai mengkoloni tanaman dari akar dan naik ke atas melalui pertumbuhan sistemik. Tanaman dapat terinfeksi dalam berbagai kondisi lingkungan, tetapi gejalanya menjadi sangat parah ketika cuaca hangat dan kering dan tanaman telah mencapai tahap berbunga. Ini adalah jamur yang paling umum pada jagung.

0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat

0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat

Produk Berhasil Disimpan!

JAKARTA, KOMPAS.com - Hama adalah salah satu masalah yang dihadapi petani dalam budidaya tanaman. Hama dapat menyebabkan kerugian berupa produksi menurun, pertumbuhan terhambat, kegagalan panen dan bahkan menyebabkan tanaman mati.

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Kamis (9/3/2023), salah satu hama yang menyerang tanaman jagung adalah hama penggerek tongkol. Penggerek tongkol jagung disebabkan oleh Helicoverpa armigera atau Heliotis armigera.

Penggerek tongkol ada larva dari lalat heliotis, yang biasanya lalat ini meletakan telurnya di rambut jagung hingga menetas dan menyerang tongkol serta memakan biji yang masih dalam perkembangan. Hama ini kemudian menyerang tangkai bunga terlebih dahulu, lalu masuk kedalam tongkol.

Baca juga: Simak, 5 Tips Merawat Tanaman Jagung Saat Musim Hujan

SHUTTERSTOCK/BITS AND SPLITS Ilustrasi tanaman jagung,

Ilustrasi tanaman jagung,

Ciri-ciri jagung terserang penggerek tongkol adalah sebagai berikut.

Ada beberapa cara mengendalikan serangan hama penggerek tongkol jagung, antara lain sebagai berikut.

Baca juga: 6 Penyebab Biji Jagung Tidak Terisi Penuh, Apa Saja?

Pengendalian secara kimiawi

Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penggunaan insektisida berbahan aktif, seperti Dimehipo, Monokrotofus, Karbofuran dan Furadan 3G.

Baca juga: Budidaya Jagung IP400 untuk Meningkatkan Hasil Panen

Penggunaan insektidida berbahan aktif digunakan dengan cara disemprot dan dosis yang digunakan sesuai yang dianjurkan.

%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 612.12 792.12] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœµ=isÛF–ßUåÿ€/SENYº�ۤʲ;±c{b¹f«¢ù@‰”Ĉ"5<ìÍþú}GŸ Фw½©2ݯß}uƒ:{¾ÞÎo&×Ûì‡Îžo·“ë»Ù4ûãìbõø¯³‹¿gg'·óåd;_-ú);ù"Ùí““¦Èë¦Ìêþ_ee)ó¦Î„ÎU•­gONnþþääüâÉÉÙÏ""/ÊìâæɉȊ¬Èü@™K‰Ê\ÈìâáÉI�€‹ìõ““?FÙø_ÙůON^�ìÕo/²³DÏWÛíêaWÆAf¸‚EÀ¯­›¼,iéxÁ?9Q…Ì[•é*×0>+€‘×’¨ûç߳屣1 ;¹Íec�E ñ�ï°†hó²�ÖÈâþaø›�}DÎþöâ——Yqön²¼ÍF›/§Ÿ^�#Vª¬íãd K×f�_ƒp’Z±ÊCóñ©„àãùíø´­Çåh5®G‹ÉX�–ãv4…ô\ŒO«‘Æúz9’x}9†ojô,‹‚‡0»âaýXˆZç"BâtpdÓ9¬AVÑPBF 2bhN«òFFsž27€”_aâHGÌ3äQ-™BûÑ€–ªÎëú(ÌeòÓÇ m›c‡*Uæò8T];´,ªx(ø’Be×0epŽ(òFEsx‚S¼Ì1½ÿÞ \Uäm{Úà÷(쬔Æc nUæMu U�‹Øò~Ëvôi,¼Ç¯^=ËŠ¯Š±,@ÇàCãG‰ÝÎ~.;AƒsRM¸ÖEq.~êÎë: ®í8=ТÉë�šì´ÈECr­JñŸCÓÀ*Ú²Oº¨�#-÷©È¥Èª¶Î‹ê�N›±àÚ>¯k°¿Š(À]WY¢Õ60}Ÿøê=|¼†O=z WÏáß»_Ðóá>ËȾÁ¯¿™p«&¿~õ;yõîëÑÅ„õúí‡w rü��õú³øz˜ûÕŠ{Á:&"Šº—jbjU6™A¾™- ‹9âu=n (ÀÅ—\­ñêžMð‚ˆœŒ1r5zŸŠ &•£[|è†óÐ’²äö‘”�éTºƒ$rëÙÌ-G9"s9z÷ ¹þüCY}À/ð\³Tže†Ã^àƒñi=úLÃE+ÛW×ت ÛŽUDø%�”=@„PhI•"f /� 9eK�Õ‡Å]×-£EÎg$£Ý—ÙšÄnÅ{5®øj·6V#èÆÆI “ê°L[�ic’$®îá™l!�­c ˆév=+Æw F&F¼$E¾'Ôá‚ne�ÈçF]HGðiԳܧµìƒ2hzõC’~MkÛ§˜…f¸ å’½Øs¤AÑǽ¢Ä\%ù:ûÍ0ä½5ŒOÙKȈè2{ûžž6Îí9Y:3v�drìðÈK>Ob$z0*+�‰YˆQÚ¿Én­Ñ“…s@($ËGÁT+jó¶ê¨.ecºä‡ÅìŽR†gIØ}†¯$G\CÝ'L°ì Ô-r�¡¼ß­Ç&}}‹ÎîΘ3Y1$ùôõ.¹TÕa &æ¯jsUNSzÝ|¨¨±X•”oFÔ¤AöÙ�‡\·ß¥=VŸ4¤uú([–E·ˆÛÓ§Få-«u®µùü||ÚŒ>]€½ýþüÄVŒW©UúÌI)HÀi\»ö´‡«­ÞKw{HÕ$� õZ,Šè±ï°Êš±úŠ²¥Dc»åTB^R‚'¯íCðì¢Ý`bî<âô~LMá*T5ºrw×zm¿™›&áá*øþÑ�/#4ÖÑ`ˆ˜ñ˜ÁÁÀ7;,ñ.-º´äØ5!WA2ñá:Ÿ¢À 7\{;`ÕèÙ{ºƒXmw8€‡á:8“jpf@ÍK˜ïLÒ‰< ŸÌlÒf¾o¶xçœø†îÔÌšGǤ 2‡ lq€£íâ0; eŸ³³ú#6­XÞ¸8¢4_"\X¤‘ž Zy³]ûˆF-ø©9ÌØ|5LÁ8¦)6XÀ@"m�ÌG˜L§ xyËZã¦Vd_Œx+\ž¦“ðgn:¯âÿrE-ÿáb‹ >-F¿ÏÆ^k–,a˜ú—y8M^+¬'|€%cŠå}‘Aµ Í?bùŽx0ù:ŒÃfž#xmV-БDz<'÷V–ºù5ªê¢Ãrƒ·ižÓÊ›ùX”]~O*T•P(Èžkë�HDä0îœQEÜÆ�XH#0Rðk£4��iz¾¹$mcš²îL)vRº.v†kGê‹7B« °ÛÎnA“Øåг©íIF—I€[s§Ë–—¡Ì=$Š¼�tÈñ¤M kÒáÙU‡Ž”•à×i0—¹2ÀNZǘ͂qÌ—ù&­}Õ�U Hýª0ÅÄ‚ÅìmÎõB[óùai½7ß’Ÿ'û|ÐväØvÄØè"Àqìž_ãȺO• ÂÎÄA<Ç™»ˆ{ë9:Ù0Q¤{ÐÏù„ÈðS Ï�“8oŽCöB.¶Þß@$ÝYi2BþHdˆfYŒÀ£hƉ46àà*)¿¾ô­„$°±üÒZÐW7•e›KCá(ʨ�÷¿±Þ·Gˆxus3s~Àã¿„vO¬Šó™n!ôcFYKpÖµM„"ÝjYÞ$ öÂìJñ‘ê˜ýµ ƒ6vla‚ùfÆOíÖ<[ò#¥>§a64q‡IFkƒ¦‹„|Ó:-È›8MA×Ó6{¤œ[“k«¤Ò¼ÖAš£Æ2EÎbÎ^¾UëxZ 1/¡º¨¾ÁÐØÖ{©ßí8Ôt�ï~êiƒg�yæIéKæuY`¦)HZÍdBÍ ä¨ê¡|[óÕYe ŒÑÖ5åjQÞ£­¢,ÁÚåÌpõ»!Óq8yvÿmT5˜zŽ!¤s|]ù8³™ßzOÈåÌ·\˺»Û¯(Á•¹QßgkV–ê–îZÐf¾Ù¢.×6AÑU¬:Ða�Öa]õš§¨÷ì3%;ÆcYKìFÒ4ä\ŽÞ^ŽŸñê÷IÀe§@‹>]yjŠ#„Û`KÁÓÉ‚ý0ÁPþÑñ©@†Ð^\鮎¡¡JÓ€�·˜™W§IPšÀ9 hDW´¥ñcÚ&û✵Éòô6Üñܨb7ÝñÜiÞt{U§ §Ž0jRaãJö®‹tA/†çˆ9ÔïsvŠÕÄP~tÖó¥ µÄ1'p½èüѽÍÁåTýqÊê÷ T�®Jè� Î¿p@»ý·©l h¯°ýšdX·I³ß::hÒ`Ët‡FAþDðŽho“SKl T{iM;M³¢ëk:¬hJ¬|#V$ ¿ìú‘+ššáED¸Ì¢¦¢O/Ó”u]PLY©*$鬶IRVª–áõŠ§í˜¾š\Cô¿ln=ÞÀöafcõ–Íë+Þ>"G.ûRyë(+ð¼–j߭ꜫ“…”ÀF ¯;yëæ?ì}—ôÌS“0ø”ÍJ3Š9„íQª*(~€L'Gê �áÜ*j*QÇÇû‚�³jÔA­>L;Œ(¡�9y€æ~#UJ_�®'ˆ¤[|!:�(¿r©5BÃD-&ØU{äÂ$6QæÜ�”Úçn&µÚ&71ûª#›5„’·õÅ^›¾¨Ñbâ½zz¿´/ôX%ÓÊ7Í}JÿH§ƒPÛ is•ƒk� Ù¨5sR1sBÊw�Ö ¡«5;ýÄ�¤`K=«urß…àb¼pQ¡{^©â"07ݵÂV°êé•J×äâ„Y{bïMPçlÿËŸ'£�—dÿØ–€$ +ài¢ ì{,Q1!mÏp‰›V&ïöË: þ¢–Ä|“­°‰ÐìKè¤bô•NZ ÊIBÅp«Zf?%6¥µ®/“·ZW*ܱé j#ºœß ¸‰(ãm",N[¸fÝ6CØ­ZWÔ¹qzUóøI o;ÛD®ê‘�6¡ n-R‡Rë°~c:°}|ZEå‘TòZ—£7Ÿ^’­aÙÇf´E01— ‘2Œ¿�}삱}uïÚwrœy„�/7dGgÒž¬/ÒEEZ ÚpwsçrD'©)íl¥õ©¯éoõI)¿OÇ3ñü‰L¨j�o"ñð=ý¬Ú=�ßÔTÂùapfÃÝÞ®ïû~0Ðeëpí³õ 1'í•ß…·ïì䀶͜6ezÔ7ÐÞZ0âA»0ĵþŸB¡ï‰À¼ñ¬èË)õèÛ5Á¶ªBõÀ�\ÁNÓÚ–è´—Pµ•*¬` Ñ�å –6ÛÈèæksÛ·óÌÎçõx¿h±…éÆ¢Ì�o ÞX>SñD)&�­M“Éä Éå6YøûiÜ´­ïxGm0\8Y†ënÞ)UŠ�C•cÜ&]²TÑݲ¾Ý;¦ÐˆP"¤Žª[Öwð ž´ŠðK•Hã€^€_R諭�ŒGg´Š¡\r{ Û&(@’™‰Pøݹ ü2XÙŸ½»DÞ„C²H£^}%”$uu;5”ÿ¸Ìž¶ÁHšÅY3|sËÙŒÜ$’)&õžN#eÌ$[ ¤`%¶ïK~Ãæ@©Íʹܾ¸4aÓsŒc)ñ|i“ɾìÎ$à&Žìð5»�¿ï$ÀÍïU”údºž*†Æ�ó¨zrvQ{±õÔó{ ¿5¹–6·¶ûÍ8ù6pB©Ôþ´‚»_Tµ„‰«Ìm?,Ùu®úr­ž§Š”`»É©†M«Tb¿ÄzÚ‹�OcÙMñÚ”É6Hé‰Ë6퉋>u$Ò]´%¥%ÓÝ©·îp‰‚“ÞüšR›—”{;¹=ûR^­ÉÝÛÿÝæWÏ&~¼…ïvod(3»D@ù‹­uokWiõð7È"SºÐ—GhYãAÙHâ ºÄDoÏÀH›w¤Ì‰aT±Iõ­sDÓ€�uçL™â=Cã ìn¡5à Ë)Búz_Rh/�ØeVðÿ¶ï]�}(qxMÕè3¼·–Ò¿ÆXBžJ>Q·¦°ØŽÒ9꽈�Ý(¾ãåžagã#yeSf¾puJ¨;ÉUãxÕ]µV˜‡Ëv_¬ÙÙÝV났±¡Q’fLŸ'u›×M壭ª¼†žãi+VÑ5Æéuz¥>/-%å“ÑJ§I(½çõ!_ëBIãÒgÓ¼DÑÆP~ÍêlIŽÓçº#©‹\ÕñøžDcÞ”&"ÑAj稑aœ÷XÛ~Têm�ôffÉ�ßϯ¦÷0MÕ~i^B�-O?꾄ÚyŸ×ˆVºÍU_&ï¦ |‰6²�R ·W¥ÎëÒðÕ�|ð•B¡KÌ<¢¤ïô’ÌË1¾ÎÅñ.Þ}—tçý <‰Ç˜ë^ï;iû¸ó¹ePi÷”_ò;'\TÔÐqe9]-gö-š9‡Rª8dmjJ©Iü’†@©E ½5+�oGc×cJM0ócuk?Ò£ÕtwïP3OþthÞâ�Ýò6õ>¦�PÁ6vÕa9çKÉ�jõè‘nOZ(í±»Û-Í-Yà ¢2/fâ­N­é°.ܽvo$=:xsNÔÀS�*¯J<^-� C¶z“|ð4¢ÿ~µ0

%PDF-1.7 %¡³Å× 1 0 obj <>/Type/Catalog/MarkInfo<>/Lang(en-ID)/Metadata 17302 0 R >> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI]/Font<>>>/MediaBox[ 0 0 595.32 842.04]/Contents 4 0 R /Parent 2 0 R /Type/Page/Tabs/S/Group<>>> endobj 4 0 obj <>stream xœÕš[sÚ8Çßùz´;ƒ��$KšétÆ ”’h;Óö�Ͳ,»¹ÒÛ×ßsä$Ùdš¥vÂ`lÀæÿÓ¹JÎ\ĞŸg‚o¸æ4p¡ÙjŞzÿ‚�¶:ìåËÎŞö ËÄ«Wl«»Í.Z[“–`<§Ï:¯%“À&1‰Çâr;9Á7%7�…à?ï~̆½¼­³­¼ Ù´_�s�•£üód§Õ›´Ş¶Ş²‹_«YûiÁvØÇÏøò'>ÿÁ_şÁ¤`{‘$rD›7ÅáfÅ:ãùñìëòû|ûìølµ<™]-�Øj‰_[âE>ô€-¾0é=/dÌÁ-Z‘hpCô›r�œåm›ôFı~ŞVY�l1î é…Mh»?êç.îÓ§»áí�²?á©ı»··Íî…Ş9<Ÿ�^;�ììÎNÙü´==Ìos¦»Ò�¦ÁѨQšµÁ™/�ξçE6GÒÕùì‰LœˆÂ¿TWšÚrQQÌV'KŠ°E€˜5ÚK‹€à$·1A³#ËVšõºæOY£E»J´ãE«~ó-o›ì óSÚ—Á秼Ù6ğ!»)íŠqÊ\eİXØ–#FG!…•”ó(û X7o»¦W¼2*4™PÏ'8¤ª½¼¡úÚ[SÚE&6ÀıKÉÏFV;R†v@;Ë5Üa—ÇÀ¨z`B› ¤äÛ¥8$�ÑõÀèF×*ŒyŒJª;xA0ãÉúË:søïjyşeù4i •úPØ8îìšú¼Ù²CmW ¸S±ì =¨¨Çƒªš/%*cCFN cë�ñQl#¸JbWˆpb™Ä2¾»™pÜ'±Œ¼u™áéçúP¥]ϵÁ"ï8T¦Ù?¾j�ÿntÿUAÍ1b"ı›ZCÖc�¸¢ëÂr“Æ·êé¡*éFÑšŒÖA]÷Æ£�NÇ´7 ã÷aºÒì) TUŞ *-Ц橧;»�4õ4ÃW-×Øf}ùÎ<~ıN£"ºr¾¸!Pù6H ë|EøTÜ#¨eo�È×ùl#øḑÍFѶÎçÁ1.’ÅŸo_¼r „¾å®È#ù@4‚/n=ÀiZ8MP  �FJ™˜¦P

Sismotri, Yanti (2023) Tingkat Serangan Hama Penggerek Tongkol Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) pada beberapa Varietas Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) di Kota Padang. Diploma thesis, Universitas Andalas.

Serangan hama merupakan salah satu masalah dalam budidaya jagung manis, karena selain dapat menurunkan kualitas jagung manis juga dapat menurunkan kuantitasnya. Hama penting pada tanaman jagung manis adalah penggerek tongkol Helicoverpa armigera Hubner. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat serangan hama penggerek tongkol jagung H. armigera pada beberapa varietas jagung manis di Kota Padang. Lokasi penelitian adalah Kuranji dan Gunung Sariak di Kecamatan Kuranji, dan Binuang Kampung Dalam di Kecamatan Pauh. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survei. Penentuan lahan sampel dilakukan secara purposive sampling. Pengamatan pada penelitian ini adalah, gejala serangan hama H. armigera, populasi hama H. armigera, persentase tongkol terserang, dan intensitas serangan H. armigera. Serangan H. armigera pada tongkol jagung dimulai dengan larva menggerek masuk ke dalam tongkol melalui ujung tongkol ataupun bagian samping tongkol dan memakan biji jagung. Intensitas serangan H. armigera pada jagung manis mencapai 9,25%, dengan pers entase tongkol terserang 64, 5% dan populasi larva yang ditemukan pada tongkol adalah 0,29 individu/tongkol. Kata kunci: Helicoverpa armigera, intensitas serangan, jagung manis, populasi

Pengendalian secara hayati

Ilustrasi trichoderma untuk mengendalikan penyakit tanaman.

Pengendalian secara hayati dilakukan dengan menggunakan agen hayati seperti Trichoderma sp dan Eriborus argentipilosa. Trichoderma sp berperan sebagai parasit telur, sedangkan Eriborus argentipilosa berperan sebagai parasit larva.

Pengendalian secara kultur teknis

Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan cara melakukan pengelolaan media tanam, membersihkan gulma, dan memberikan pupuk yang tidak berlebihan.

Hal tersebut akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan mengurangi populasi dari hama penggerek tongkol jagung.